Assalamu'alaikum

Kamis, 30 Desember 2010

JENIS-JENIS CINTA

Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh… Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan, hingga terbitlah artikel cinta ini, selamat membaca…

JENIS – JENIS CINTA

Siapa yang tak kenal cinta? Ya, tentunya sebagian besar dari kita tak asing lagi dengan cinta. Karena manusia yang hidup di dunia pasti dengan cinta. Cinta memiliki beberapa jenis dan golongan serta beberapa terapi – terapinya. Untuk itu, mari kita simak bersama-sama jenis-jenis cinta yang ada untuk menambah pengetahuan kita mengenai cinta.
Apa itu CINTA? Cinta merupakan perasaan sayang, senang, bahagia, bangga, haru bahkan kasih kepada sesuatu hal yang didasari karena maksud – maksud tertentu yang pada akhirnya menginginkan untuk memiliki dan seterusnya. Selain itu, cinta dapat didefinisikan sebagai ungkapan hati seseorang yang tergambar lewat tingkah lakunya serta didasari atas kesamaan atau kecocokan masing-masing umat dalam hal-hal tertentu.
Banyak orang yang mendefinisikan cinta tidak sesuai dengan hakikatnya, ada yang beranggapan bahwa cinta itu hanyalah sekedar suka sama suka. Padahal bukan itu yang dimaksud, cinta disini merupakan bagaimana kita bisa menempatkan cinta diantara hal-hal penting lainnya, dan tidak mengabaikan hal-hal yang lebih penting dari itu serta menjadikan cinta itu sebagai ibadah serta pelabuhan pengiring menuju kehidupan selanjutnya. Misalnya saja, cinta itu memiliki tujuan dan kira-kira apa motivasi kita memiliki dan memberikan cinta kepada sesuatu? Apakah untuk dirinya sendiri, atau demi kepentingan pekerjaan, atau bahkan sekedar hiburan semata? Itulah, yang seperti itu termasuk kedalam jenis-jenis cinta yang akan penulis bahas pada artikel ini.
Yang Pertama; Mahabbatu Fillah Wa Lillah, cinta jenis ini merupakan cinta yang paling mulia. Yakni cinta karena Allah dan didalam agama Allah, maksudnya cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah yang dilandaskan cinta kepada Allah dan Rasulnya. Jika kita bisa seperti ini, alangkah mulianya manusia itu sendiri. Karena sesungguhnya Allah-lah yang mengajarkan kita tentang cinta.
Kedua; cinta yang terjalin karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama, mazhab, idiologi, hubungan kekeluargaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya. Cinta jenis ini sering disebut cinta lokasi. Karena kesamaan dan kedekatan adalah hal yang dominan dalam hal ini. Hmm, kalau menurut pendapatku cinta yang seperti ini sangat sering terjadi di sekitar kita. Kebanyakan dari kita mencintai seseorang atau terikat suatu hubungan karena pertemuan di tempat yang sama. Mungkin karena sering bertemu dan melakukan komunikasi bersama. Itulah yang menjadi factor timbulnya cinta macam ini.
Ketiga; Al Mahabbah Al ‘ardiyah, cinta yang motifnya ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan atau pun kebutuhan biologis. Cinta yang semacam ini akan hilang bersama hilangnya apa-apa yang didapatnya dari orang yang dicintai. ‘Habis manis sepah dibuang’, begitu kira-kira ungkapan yang tepat. Cinta ini sering orang sebut sebagai cinta bersyarat, karena salah satu pihak pasti menginginkan sesuatu persyaratan yang harus dipenuhi, misalnya saja dengan kita memberikan apa yang pihak itu minta, maka orang tersebut mau menerima cinta kita. Dan yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika dia telah mendapatkan apa yang didinginkannya darimu. Jadi, berhati-hatilah! Ouw… penulis jelas ga mau mendapatkan cinta yang seperti ini.
Keempat; Mahabbah Al Isyq, yakni cinta yang berlandaskan kesamaan dan kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicintai. Cinta yang tak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghalangkannya. Cinta jenis ini yaitu perpaduannya ruh dan jiwa, oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini. Orang lebih akrab menyebutnya cinta mati atau bertemunya ikatan batin dan ruh yang hanya terjadi pada orang yang sedang kasmaran. Meskipun demikian, akankah cinta bertepuk sebelah tangan? Mari kita ulas bersama-sama.
Akankah CINTA bertepuk sebelah tangan? Padahal cinta mati, kekal, dan sungguh abadi. Jawabnya, BISA! Mengapa? Sebelumnya kita harus mengerti apa itu Bertepuk sebelah tangan. Cinta yang bertepuk sebelah tangan merupakan tidak terpenuhinya hasrat sebab kurangnya syarat-syarat tertentu, atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasinya cinta antara keduanya. Ukh, gimana rasanya ya…? Penulis ga bisa bayangin nich… hehe. Ok berikut merupakan sebab-sebab cinta bertepuk sebelah tangan. Pertama; cinta ini sebatas cinta karena kepentingan, oleh karena itu tidak mesti keduanya saling mencintai, terkadang yang dicintai malah lari darinya. Ya jelas aja, penulis aja paling benci sama seseorang yang naksir begitu berlebihan. Hal tersebut bisa bikin persahabatan hancur. Males banget kan…
Kedua; adanya penghalang sehingga dia tidak dapat mencintai orang yang dicintainya, baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan yang lainya. Ini sich buat orang-orang yang lebih mementingkan karakter atau terpaku dengan syarat-syarat. Cinta itukan apa adanya. hehe
Ketiga; adanya penghalang dari pihak orang yang dicintai. Jika penghalang dapat di singkirkan maka akan terjalin bunga cinta antara keduanya. Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari orang kafir, niscaya para Rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada diri, keluarga dan harta.
Adapun terapi Al Isyq atau cinta mati yang berujung cinta bertepuk sebelah tangan antara lain. Pertama; jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan takdirnya, maka inilah terapi yang paling utama.
Sahihain riwayat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Rasulullah SAW bersabda; “Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia menikah, barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena dengan berpuasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina).”
Jadi, berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa solusi yang mesti dilakukan adalah menikah. Selain itu, Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan.”
Kedua; meyakinkan dirinya bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi, lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang berputus asa untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, akan berpengaruh terhadap jiwanya sehingga semakin menyimpang jauh. Untuk itu, dia harus mengajak akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dapat dijangkau adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan bulan. Orang akan menganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras.
Maka, apabila mendapatkan cintanya benar-benar tertutup karena larangan syariat, terapinya adalah menganggap bahwa yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu kearah yang diinginkannya tertutup dan mustahil dicapai.
Ketiga; jika jiwa menghasud dalam kemunkaran masih menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena 2 hal. Yakni dengan takut kepada Allah dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal. Orang yang berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintainya, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, akan memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai kamu menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas didalam pikiranmu dengan kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orng bermimpi indah atau pun mengkhayal terbang melayang jauh, ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan. Akhirnya sirnalah segala keindahan semu, tinggal keletihan, hilang hawa nafsu dan kebinasaan menunggu.
Kemudian, keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika dia gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus. Yaitu gagal dalam mendapatkan kekasih yang diinginkannya, serta bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapati dua hal ini niscaya akan mudah meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicintai. Kamu akan berpikir bahwa sabar menanti diri itu lebih baik.
Akal, agama, harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Sementara kebodohan, hawa nafsu, kedzalimannya kan memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang dikasihinya. Orang yang terhindar adalah orang-orang yang dipelihara oleh Allah.
Keempat; jika hawa nafsunya masih ngotot dan tidak terima dengan terapi ketiga, maka berfikirlah mengenai dampak negative dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera dan kemaslahatannya yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan hawa nafsu. Ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan keselamatan baginya.
Kelima; jika tidak mempan juga, maka hendaklah kamu selalu mengingat sisi-sisi kejelekan orang yang dikasihi dan hal-hal yang membuatmu menjauh darinya, jika kamu mau mencari-cari kejelekan yang ada pada orang tersebut niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih dominan dari keindahan kekasih. Hendaklah kamu banyak bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling kekasihmu tentang berbagai kejelekan yang tersembunyi. Sebab sebagian fisik adalah factor pendorong seseorang untuk mencintai seseorang, demikian pula kejelekan adalah pendorong kuat agar kamu dapat membencinya dan menjauhinya. Hendaknya kamu mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan sampai terperdaya dengan kecakapan wajah/kulit dengan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak dan kusta, tetapi kamu harus memalingkan pandanganmu kepada keyakinan sikap dan perilakunya. Sebaiknya kamu tutup matamu dari keindahan fisik semata dan melihat kepada kejelekan yang diceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.
Keenam atau yang terakhir; mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah SWT yang senantiasa menolong orang-orang yang ditimpa musibah. Jika memohon kepadaNya hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaranNya, sambil memohon, merendah dan menghinakan diri. Jika dia dapat melaksanakan terapi akhir ini, maka sesungguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah).
Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya, jangan sampai dia menjelek-jelekan kekasihnya dan mempermalukannya dihadapan manusia, ataupun menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kedzaliman dan melampaui batas.
Yups! Mudah-mudahan dengan adanya artikel ini, teman-temanku sekalian dapat lebih mengerti tentang makna sekaligus jenis-jenis cinta.
Akhirnya, salam dahsyat dan lahirlah cinta islam yang kokoh! Billahi Taufik Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh…

PENUTUP
Demikianlah kiat-kiat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun ibarat kata pepatah: mencegah lebih baik dari pada mengobati, maka sebelum terkena virus tersebut diatas, lebih baik menghindari. Betul tidak? Tapi gimana cara menghindarinya? Tidak lain dengan cara Tazkiyatun Nafs. Semoga pembahasan ini bermanfaat dan dapat dijadikan pertimbangan bagi para pembaca. Syukron…
Wassalamu'alaikum Warohmatullah Wabarokatuh...



Hastuty ^_^

Kamis, 09 Desember 2010

Belum Ada Judul

“Muhammad Arsenna....” sapa salah seorang wartawan yang hendak mewawancarainya. “... bagaimana komentar anda tentang penerbitan novel anda yang memperoleh best seller ini...?”
“Terima kasih untuk semuanya...” jawab Arsenna singkat. “...permisi...”
Arsenna, pemuda yang memiliki segudang bakat ini selalu enggan bila dimintai keterangan. Ia memilih pergi meninggalkan pemburu berita dan hidup di dunianya sendiri.
“Senna...” sapa Kumala tersenyum padanya. Arsenna mendekat dan tersenyum kecil pada gadis manis itu, ya Kumala.
“Sepertinya didepan ramai sekali...” kata Kumala sambil merapikan rambutnya sebelum ia masuk kelas.
“Heh...! didepan Cuma orang kurang kerjaan.” Komentar Arsenna menyebalkan. Kumala tersenyum sambil meninggikan alas kakinya. Ia berdiri sambil merogoh saku almamaternya, diambil sebuah kertas kecil dan diberikan pada Arsenna.
“Ini titipan dari bang Izzal.” Katanya menyerahkan kertas tersebut. “... semalem abang nelfon, tapi kamu ga ngangkat...”
“Maaf... semalam aku ketiduran...” ucap Arsenna singkat.
“Ho... aku tahu kesibukanmu, tapi jaga kesehatanmu juga...” nasihat Kumala lembut.
Sejenak keduanya terdiam. “Senna....”
“Hmm...”
“Liburan nanti aku mau pergi ke ‘Danau’...” Kabar Kumala tersenyum ceria.
“Apa hubungannya denganku?” tanya Arsenna cuek.
“Abah minta kamu nemenin aku ke ‘danau’, gimana?” jelas Kumala.
“Tidak...!” tolak Arsenna mendekat Kumala.
Kumala hanya bisa diam, penolakan Arsenna sungguh menakutkan, mungkin Arsenna masih trauma dengan liburan tahun lalu. Ia nyaris hampir tenggelam di tengah lautan lepas.
“Dulu kan laut... dan sekarang...” bela Kumala.
“Danau... apa bedanya, Mala...?! sama-sama air, kan?” tegas Arsenna tetap pada pendiriannya.
“Hey...!” sapa Yoan. “...asyik banget ngobrolnya...”
“Yoan...!” kata Mala tersenyum padanya. “...aku akan berlibur ke danau...”
“Danau...? Wow...!! fantastic...! aku suka danau... sama siapa, Mala...?” tanya Yoan begitu bersemangat.
“Aku dan ....” kata-kata Kumala terhenti, ia terdiam. Kedua matanya melirik ke arah Arsenna dan kemudian menggandeng tangan Yoan sahabatnya. “...aku dan Yoan pastinya...”
Situasi sekolah kali ini tidak efektif, para guru sibuk mempersiapkan ujian akhir kelas XII akibatnya seluruh mata pelajaran kelas X dan XI tidak efektif seperti biasa. Dan siswa siswi hanya asyik mempersiapkan liburan mereka.
“Senna...!” panggil Kumala seraya mengejar Arsenna yang sudah jauh di depan. “...tunggu aku, Sen...”
“Aku kira kamu sudah pulang duluan.”
“Hmm... gimana dengan ‘danau’-nya...?” tanya Kumala mencoba membujuk Arsenna lagi.
“Tidak... sebentar lagi ujian kenaikan...” jawabnya tetap menolak dan terus berjalan meninggalkan Kumala.
“Ar... Senna...” ucap Kumala lirih penuh kecewa.
Malam pun beranjak, esok pagi anak-anak kelas XI melaksanakan pra liburan dengan bercamping di sebuah perbukitan. Kala itu Mala begitu bersemangat menyambutnya, ia datang begitu cepat agar tidak sampai ketinggalan yang lain. Sementara itu, Arsenna belum terlihat batang hidungnya sejak tadi. Mata Kumala terus mencari Arsenna yang terlambat. Kumala tersenyum tatkala melihat Arsenna berlari menuju rombongan dengan terengah-engah.
“Maaf.... aku terlambat...” ucap Arsenna terbata-bata.
“Ku kira kamu lupa, Sen...” kata Kumala membuat Arsenna tersenyum kecil.
Sepanjang perjalanan Arsenna tak lepas dari ballpoint serta buku kecilnya. Kumala tersenyum menatapnya, pasti akan ada ide besar yang diciptakannya.
“Wah... ini baru refreshing... segar dan jauh dari polusi...” Kata Yoan terkagum-kagum.
Perlahan Arsenna mendekati Kumala dan berdiri persis disamping Kumala. “Senna... apa yang kamu pikirkan?” tanya Kumala dengan menebarkan senyumnya.
“Tidak... tempat ini indah, hijau, bersih... tapi... berbahaya...” kata Arsenna amat serius. “... jangan pergi jauh dari lokasi tenda... berhati-hatilah...” nasihat Arsenna dalam.
Kumala menoleh, dilihatnya Yoan yang sepertinya akan pergi. “Yoan... mau kemana?”
“Cari kayu bakar buat nanti malam, pasti seru...” jelasnya gembira.
“Hmm... aku temenin ya...! sama Arsenna juga. Iya kan, Sen...?”
Yoan menarik tangan Kumala; “Jangan... tetap disamping Arsenna, siapa tahu ada sesuatu yang ingin ia katakan...” bisik Yoan lirih.
“Ha...?! hem...” angguk Kumala setuju. “...hati-hati Yoan, ayo Sen...!”
“Ingat... jangan pergi jauh dari tenda... mengerti?!” nasihat Arsenna lirih. “...percayalah...”
Mereka berdua melanjutkan jalan-jalan mereka di sekitar tenda, Mala sedang mencari tempat yang bagus untuk mengambil gambar, sementara Arsenna terus berjalan di belakang Kumala sambil mengamati apa yang ada di sana sambil menjaga amanat Abah Kumala.
“Disini lebih bagus... Foto-in aku ya, Sen...!” pinta Kumala. “...sekarang kita foto berdua... OK...!”
“Hmm... Mala...” gumam Arsenna.
“Arsenna...! senyum donk...!! ciss!!!”
Alampun semakin gelap, anak-anak mulai bergegas memasuki tenda masing-masing.
“Akh...!!!” teriak Kumala membuat Arsenna berlari menuju tenda Kumala. “...Yoan ga ada, Sen...”
Malam itu seluruh murid sibuk mencari keberadaan Yoan yang menghilang sejak siang tadi.
“Yoan, kalau kamu kenapa-napa... Hiks...” tangis Kumala merunduk.
“Kamu jangan khawatir, semua akan baik-baik saja.” Ucap Arsenna memegang bahu Kumala hendak menengankannya. “...ini sudah malam, kembali ke tenda, dan istirahatlah...”
Arsenna bersama siswa laki-laki lainnya terus berjalan menelusuri hutan perbukitan yang gelap. Arsenna memulainya dari tempat awal Yoan pergi, tanpa disadari Kumala mengikutinya dari belakang.
“Aku takut terjadi apa-apa pada Yoan...” kata Kumala sedih. “...Yoan teman baikku, sahabat terbaikku...”
Arsenna terus meantap Kumala. “Baiklah, aku mengerti perasaanmu.”
“Kamu tahu tempat ini, Sen...?” tanya Kumala penasaran.
“Iya... tempat ini pernah aku jadikan obyek novelku. Karena misterinya...” jelas Arsenna terus berjalan menyusuri hutan.
“Misteri...???”
“Beberapa tahun yang lalu ada seorang pendaki yang ditemukan tewas di hutan ini.” Cerita Arsenna. “...ia terpisah dari rombongannya dan diduga tersesat dan kehabisan bahan makanan...”
Cerita Arsenna sontak membuat Kumala shock dan menitikkan air mata.
“Tidak...! berpikirlah positif... semua itu tidak akan terjadi...” kata Arsenna mengingatkan Kumala. “...kamu ingat waktu aku terjatuh dan nyaris tenggelam di tengah lautan lepas...? Aku bisa selamat, Mala...”
“Tapi Yoan bukan kamu, Senna... Jika dia kenapa-napa, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri...” janji Kumala menitikkan air matanya.
“Lihat aku Mala...! Aku janji Yoan pulang dalam keadaan selamat...” janji Arsenna. “...dan aku akan menemani kamu liburan ke danau... naik perahu... memancing... foto-foto bersama... Dan....” Arsenna menghentikan kata-katanya sambil terus menatap Kumala.
“Dan... Apa?” tanya Kumala penasaran.
“Lupakan saja...” katanya memalingkan wajah. “... sebaiknya kita kembali ke tenda, besok kita cari lagi...”
Arsenna berjalan menuju tenda tempat ia istirahat, begitupun dengan Kumala yang terlihat begitu lelah.
“Senna...!” panggil Kumala. Arsenna menoleh, matanya sayu dan kelelahan. “...selamat malam, Senna...” Arsenna hanya tersenyum kecil dan kembali berjalan ke tendanya.
Malam ini malam pertama mereka di perbukitan, tapi malam ini juga malam yang begitu menyakitkan dan menyedihkan. Satu siswa hilang, Arsenna tak bisa membiarkan ini, Yoan bukan hanya sahabat Kumala, tapi dia sahabatnya juga.
Sepertinya pagipun mulai kembali membangunkan mereka. Arsenna yang lelah telah segar kembali, ia pergi menuju tenda Kumala. Tapi mengejutkan, Kumala tidak berada di sana. Kumala menghilang...
“Mala...!!!!!” teriak Arsenna. Semua kembali sibuk mencari dua orang teman mereka. Semua sedih, semua tak percaya semua akan seperti ini.
“Arsen... kamu punya ide buat mencari teman-teman kita?” tanya salah seorang teman Arsenna.
“Nothing... aku bingung...” kata Arsenna dengan mata yang berkaca-kaca.
Perlahan, Arsenna kembali menelusuri hutan lagi. Mala mau melakukan apa saja untuk Yoan sahabatnya dan Kumala bukan gadis yang pendek akal, kalau ia nekat ia pasti meninggalkan petunjuk.
Sementara itu, Kumala yang nekat masuk hutan yang gelap itu nampaknya telah menemukan keberadaan Yoan sahabatnya.
“Yoan... kamu di situ , Yoan...??” sapanya ragu.
“Ma... ma...la...” panggil Yoan yerbata bata.
“Yoan...!!!” teriak Kumala meneteskan air mata dan segera berlari mengejar Yoan. Kumala memeluk erat Yoan, air matanya terus mengalir. Begitu juga Yoan yang tak henti-hentinya menangis dalam pelukan sahabat tercintanya. Tiba-tiba Yoan melepaskan dekapan Kumala.
“Kenapa kamu kesini...! kalau kita tidak bisa pulang gimana...?!!!” Tegas Yoan dengan nada tinggi.
“Kamu jangan khawatir, Yoan...” nasihat Kumala. “...Arsenna pasti akan datang kesini... kamu percaya, kan...?” lanjutnya sambil memperlihatkan fotonya bersama Arsenna siang lalu.
“Di saat-saat seperti ini kamu masih bisa ingat dia...?” tanya Yoan heran. “...Mala.... aku takut banget disini...”
“Yoan, aku ada disini...”
“Kalau begitu, ayo kita tinggalkan tempat ini, Mala...” ajak Yoan.
“Ga bisa Yoan... ga bisa...”
“Kenapa...??”
Matanya melihat ke bawah dan tangannya memgang kakinya yang terkilir akibat terjatuh di jurang itu. “...kamu naik dan cari pertolongan, bilang Senna, kalau aku ada disini...”
“Tapi, Mala...”
“Aku mohon... Aku percaya Arsenna tahu aku ada disini... Oke...”
Atas permintaaan Kumala, Yoan pun bangkit dan mulai berusaha kembali untuk mencari pertolongan. Ia berjuang amat keras, lelah dan dingin. Sesampainya di atas Yoan gembira dan pada saat itu kesadarannya pun turun dan... Yoan tak sadarkan diri. Sementara itu Arsenna terus berlari mencari Kumala dan Yoan, seluruh hutan ia jelajahi sendirian. Ia tak tahu arah, ia hanya berpegang pada ceritanya tentang hutan ini, tentang imajinasinya, khayalannya... hingga akhirnya ia menemukan sebuah disc yang bertuliskan ‘Terang dalam gelap’. Ya, itu sebuah judul lagu...
“Terang... Gelap...?” gerundu Arsenna lirih. Kemudian ia mengingat lagi khayalannya, dalam novelnya ia tuliskan terang itu siang dan gelap itu malam. Satu keadaan yang berbeda tapi berganti. Arsenna melangkah sambil menggenggam erat disc itu.
“Mala...!!!” teriaknya memanggil Kumala. Arsenna melihat ke bawah, sebuah jurang, berarti Kumala tak jauh dari sini. Ia lemparkan disc itu ke jurang... dan seketika Arsenna turun ke jurang tanpa ragu.
“Mala...” katanya terus memanggil dan mencari Kumala. “Mala...!!!” teriak Arsenna begitu menemukan Kumala tengah tak sadarkan diri. Arsenna berlari menghampiri Kumala, diangkatnya kepala Kumala dan ia letakkan dipahanya. “Mala... sadar Mala... kau tak apa-apa bukan?”
“Senna...” panggil Kumala lunglai sambil terus tersenyum menatap Arsenna.
Arsenna memandangi Kumala, “Bodoh kamu...! kenapa kamu tak mendengar kata-kataku...??!” katanya mengomel tapi dimatanya berlinang air mata.
Kumala hanya tersenyum kecil menatap Arsenna sahabatnya. “Aku percaya kamu pasti datang... Senna...” katanya lembut dan akhirnya Kumala jatuh peingsan. “Mala...!” teriak Arsenna. Arsenna bangkit dan bergegas mencari mata air untuk berwudhu, ia ingin meminta pertolongan dari Allah...
“Ya Allah... hamba memohon pada-Mu dimalam yang kelam ini, hamba mencoba menguasai malam ini... malam milik-Mu... Ya Allah... lindungailah kami, lindungi Mala dari hal-hal yang buruk. Jangan biarkan orang yang terpenting dalam hati hamba teraniaya... Jika Engkau mencintai hamba, maka cintailah juga dia ya Allah... Hamba tahu Engkau mencintai orang-orang yang hamba cintai tak terkecuali dia ya Rab... Berikan jalan keluar ya Allah... Keluarkan kami dari tempat ini... Engkaulah maha pengasih... dan Engkaulah tempat memohon. Kabulkan munajatku ini ya Allah.. Amin...”
“Arsenna...” panggil Kumala.
“Mala... Kamu baik-baik saja...?” tanya Arsenna girang.
Kumala hanya tersenyum dan mencoba bangkit. “Apa yang kamu minta dari Allah, Sen...?” tanya Kumala penasaran.
“Hmm tidak, hanya memohon keselamatan...”
Setelah Yoan ditemukan, bantuanpun datang pada Kumala dan Arsenna. Mereka berdua selamat, Abah dan Abang Kumala terlihat ikut menyelamatkan mereka.
“Alhamdulillah ya Allah... Mala...” ucapan syukur abah gembira. “...syukron, Arsenna...”
“Afwan...”
Semua pun berlalu begitu cepat, liburan ini digunakan Kumala untuk pemulihan kakinya yang luka. Dan dimanfaatkan Arsenna untuk menyelesaikan karyanya, ia harap ini menjadi karya terbaiknya.
“Bagaimana keadaan Mala, Bang...?” tanya Arsenna.
“Baik...”
“Apa dia masih ingin pergi ke danau, bang...?”
“Kau tanyakan saja langsung. Aku kurang tahu.”
Danau pun menjadi tempat berlibur Kumala tahun ini, masih sama dengan ditemani Arsenna sahabatnya. Seperti yang Arsenna janjikan waktu itu, merekapun menaiki perahu sambil memancing ikan disana. Sementara itu Arsenna sibuk membaca buku kecil yang ia genggam.
“Senna...” panggil Kumala. Arsenna melirik dan melanjutkan kegiatannya. “...kamu belum jawab pertanyaanku waktu itu...”
“Hmm... yang mana...?”
“Waktu kamu janji mau nemenin aku ke danau... kan ada ‘dan’ 1 lagi...” jelas Kumala.
Arsenna diam dan menutup bukunya, terkadang matanya mengarah pada Kumala. “Hm... aku lupa...”
“Apa?! Lupa katamu? Bohong...!”
Arsenna memutar dan memandang buku yna ia pegang, diserahkannya buku itu pada Kumala.
“Semua jawaban dari pertanyaanmu ada disini...” sambil menunjuk pada buku. “... bahkan pertanyaan-pertanyaanmu yang lain...”
“Ini karya barumu...?”
Arsenna hanya mengangguk dan tersenyum kecil. “Novel itu belum beredar, bahkan kamu orang pertama yang membaca novel itu...” jelas Arsenna.
Kumala pun menyimpan buku itu, ia lanjutkan liburannya kali ini... ya... kali ini saatnya foto-foto... Sepulangnya dari danau, buru-buru Kumala baca buku kecil pemberian Arsenna. Ia baca dengan teliti dan tiba-tiba secarik kertas jatuh dari sebuah halaman buku itu. Kumala ambil lembar kertas itu.
Mala, aku pernah berjanji untuk menemanimu ke danau. Kurasa itu sudah, dan.... ‘Dan’ yang aku maksud itu adalah novel ini, aku ingin kamu menjadi orang pertama yang membaca novelku ini. Karena semua isi hatiku ada dalam novel itu. Termasuk doa malam yang kau tanyakan...
Kumala melihat cover depan novel itu, ‘Gelap dalam Terang’ itulah karya Arsenna yang akhirnya menjadi best seller berikutnya, seperti apa yang Arsenna harapkan pastinya. Dan baru kali ini Arsenna mau menjawab pertanyaan dari media yang sibuk mewawancarainya.
“Arsenna... dari mana kamu dapatkan inspirasi sehebat ini...?” tanya salah seorang wartawan.
“Hmm... seseorang yang menjadi pembaca pertama novel ini...” jawabnya singkat.
“Lalu siapa seseorang yang kamu maksud?” lanjut wartawan bertanya.
“Itu tidak penting.... terima kasih...” Ucap Arsenna mengakhiri bincang-bincangnya.
Keadaan kembali seperti semula... Arsenna dengan sekolahnya...
Arsenna terkejut ketika ia duduk di bangku kelasnya, laci mejanya dipenuhi surat dan hadiah dari penggemarnya.
“Wah... Arsenna, sepertinya kamu butuh meja dengan laci yang lebih besar lagi...” canda Yoan terkejut.
“Selamat ya, Sen...” ucap Kumala tersenyum manis.
“Arsenna... ada pertanyaan dari penggemar nich...” kata Yoan. “katanya begini ‘kak Arsenna, sebenernya siapa sich orang pertama yang baca novel kakak?’... wah bener banget... iya! Siapa, Arsenna...?” lanjutnya ikut bertanya.
“Berikan padaku...!” pinta Arsenna.
“Siapa, Arsenna?”
Arsenna bangkit dan memberikan buku dari penggemarnya itu pada Kumala, Arsenna pergi meninggalkan kelas.
“Kok... pergi sich... Mala... kamu tahu?” tanya Yoan masih penasaran.
Mala hanya tersenyum sambil memberikan buku itu. Yoan membukanya kembali, di bawah pertanyaan penggemar tertulis kata; ‘AKU’ dan kemudian Yoan membuka halaman berikutnya... ‘MALA’... itulah yang ia baca selanjutnya. Yoan menunjuk Kumala sahabatnya. “Kamu... Mala...?”
Mala mengangguk dan Yoan tersenyum kecil padanya. Harapan mereka sepertinya telah Allah kabulkan. Arsenna dengan kesuksesan karyanya, Kumala dengan Kendo dan Tilawahnya, Yoan dengan cover girl nya dan... Arsenna dengan Kumala...